Sebuah fakta bahwa 9 dari 15 juara paralel bersarang di SELADA. Sebuah fakta juga banyak yang menganggap kelas kami tak kompak. Akhirnya, sebuah fakta pula, seorang Dita berani bicara dengan sinisnya, “Punya hak apa mereka yang tidak menjadi komunitas SELADA untuk berani bicara seperti itu?” *plok3, aku setuju!* .... (Mariana Widjaja)

Kamis, 31 Maret 2011

RENUNGAN Kamis, 31 Maret 2011




"Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala milik­nya." Tuhan, Engkau telah menyembuhkan orang yang bisu dengan mengusir suatu setan yang membisukan. Bantulah aku untuk selalu bersedia bertegur sapa dengan sesama bukan dengan kebencian, melainkan dengan kasih sayang. Amin.

Pekan Prapaskah III (U
St. Benyamin
Bacaan I: Yer. 7:23–28
Mazmur : 95:1–2,6–7,8–9; R: 8
Bacaan Injil : Luk. 11:14–23


Pada suatu kali Yesus mengusir dari se­orang suatu setan yang membisukan. Ketika setan itu keluar, orang bisu itu dapat berkata-kata. Maka heranlah orang ba­nyak. Tetapi ada di antara mereka yang ber­­kata, ”Ia mengusir setan dengan kuasa Be­elzebul, penghulu setan.” Ada pula yang me­minta suatu tanda dari surga kepada-Nya, untuk mencobai Dia. Tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka lalu berkata, ”Setiap kerajaan yang terpecah-pecah pasti binasa, dan setiap rumah tangga yang terpecah-pecah, pasti runtuh. Jikalau Iblis itu juga terbagi-bagi dan melawan dirinya sendiri, bagaimanakah kera­ja­annya dapat bertahan? Sebab kamu ber­kata bahwa Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul. Jadi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Beelzebul, dengan kuasa apakah pengikut-pengikutmu mengusirnya? Sebab itu merekalah yang akan menjadi hakim­mu. Tetapi jika Aku mengusir setan dengan kuasa Allah, maka sesungguhnya Kerajaan Allah sudah datang kepadamu. Apabila seorang yang kuat dan yang lengkap bersenjata menjaga rumahnya sendiri, maka amanlah segala milik­nya. Tetapi jika seorang yang lebih kuat dari­pa­danya menyerang dan mengalahkannya, maka orang itu akan merampas perlengkapan senjata, yang diandalkannya, dan akan membagi-bagikan rampasannya.Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”



Renungan

Pak Jamong dan Pak Pandi adalah dua tetangga yang saling bermusuhan. Kalau bertemu, mereka seperti dua orang bisu, tidak saling sapa. Itu berlangsung sudah bertahun-tahun. Berbagai cara pernah dicoba untuk mendamaikan mereka, tetapi tanpa hasil. Keduanya memang keras hati. Suatu hari Pak Jamong sakit keras. Makin hari sakitnya makin mengkhawatirkan. Keluarganya sepakat memanggil pastor untuk mendoakannya. Saat pastor datang, istri Pak Jamong mempunyai ide untuk mendamaikan suaminya dengan Pak Pandi, sang tetangga. ”Tidak baik meninggal dunia dengan membawa dendam di hati!” begitu pikir istri Pak Jamong. Niat itu disampaikannya kepada pastor.

Setelah dibujuk-bujuk oleh pastor, akhirnya Pak Jamong bersedia berdamai. Maka, dipanggillah Pak Pandi dan mereka pun berdamai dan saling bersalaman. Sungguh mengharukan. Selesai berdamai, Pandi berniat meninggalkan rumah Pak Jamong. Saat ia sudah di ambang pintu, terdengar Pak Jamong berteriak. ”Hai Pandi, perdamaian kita tidak berlaku kalau aku sembuh …!”

Kebencian sering melahirkan kebisuan. Seharusnya dengan sapaan sederhana atau permintaan maaf, suatu pertikaian dapat didamaikan dengan baik. Namun, orang yang tidak menghendaki perdamaian, memilih bisu seribu bahasa. Kebencian membuat orang enggan berkomunikasi dengan sesama, tidak mau mendengarkan dan tidak mau saling menyapa.

Tidak ada komentar: