Sebuah fakta bahwa 9 dari 15 juara paralel bersarang di SELADA. Sebuah fakta juga banyak yang menganggap kelas kami tak kompak. Akhirnya, sebuah fakta pula, seorang Dita berani bicara dengan sinisnya, “Punya hak apa mereka yang tidak menjadi komunitas SELADA untuk berani bicara seperti itu?” *plok3, aku setuju!* .... (Mariana Widjaja)

Jumat, 11 Maret 2011

RENUNGAN Jumat, 11 Maret 2011



Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" < Mat. 9:14–15> Ya Yesus, dengan bimbingan-Mu yang penuh kasih, tuntunlah aku agar dapat melanjutkan puasa yang telah aku mulai ini. Ajarlah aku juga untuk menjalankan puasa dengan hati ringan gembira dan memaknainya dengan perbuatan kasih.


Jumat Sesudah Rabu Abu (U)St. Sofronius; St. Pionisius;
St. Eulogius dan Leokrita
Bacaan I: Yes. 58:1–9a
Mazmur : 51:3–4,5–6a,18–19; R: 19a
Bacaan Injil : Mat. 9:14–15

Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: ”Menga¬pa kami dan orang Farisi ber¬puasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita se¬la¬ma mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa.”


Renungan

Konon, ketika Sidharta Gautama sedang bertapa dan berpuasa amat keras, lewatlah seorang pemusik. Sang pemusik ini menyanyikan sebuah lagu dengan syair sebagai berikut: ”Bila senar harpa diputar terlalu kuat maka senar akan putus.

Namun, bila senar diputar terlalu kendor, akan menghasilkan nada yang fals!” Mendengar syair tersebut, tersentaklah Sidharta. Seperti mendapat pencerahan, Sidharta tiba-tiba menyadari bahwa tubuh manusia itu ibarat senar harpa. Bila dipaksa berpuasa terlalu keras, tubuh akan menjadi sakit. Sebaliknya, bila kita terlalu memanjakan tubuh dengan membiarkan diri makan semau-mau kita, juga akan membuat tubuh kita tidak sehat.

Dewasa ini banyak orang, khususnya kaum wanita, berpuasa alias menghindari berbagai makanan dan minuman. Tujuan mereka satu, yaitu untuk menjaga kelangsingan tubuh. Bagi mereka, puasa hanyalah alat untuk memperoleh kesehatan serta keindahan tubuh.

Berpuasa memang bukan suatu keutamaan pada dirinya sendiri. Puasa merupakan alat untuk mencapai keutamaan bila kita memanfaatkannya secara benar. Puasa dapat menjadi sarana untuk melatih penguasaan diri dan semakin dekat dengan Tuhan. Lewat puasa, kekuatan rohani dapat kita nyatakan dalam kehidupan kita dalam bentuk karya amal kasih.

Tidak ada komentar: