Sebuah fakta bahwa 9 dari 15 juara paralel bersarang di SELADA. Sebuah fakta juga banyak yang menganggap kelas kami tak kompak. Akhirnya, sebuah fakta pula, seorang Dita berani bicara dengan sinisnya, “Punya hak apa mereka yang tidak menjadi komunitas SELADA untuk berani bicara seperti itu?” *plok3, aku setuju!* .... (Mariana Widjaja)

Jumat, 04 Maret 2011

RENUNGAN Jumat, 4 Maret 2011


Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: ”Bukan­kah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” < Mrk. 11:11–26> Tuhan, ajarilah aku untuk menghargai rumah-Mu dengan sepantasnya. Doronglah aku selalu untuk ikut bertanggung jawab dalam penggunaan bait-Mu yang kudus. Amin


Jumat, 4 Maret 2011
Pekan Biasa VIII (H)St. Kasimirus;
St. Lusius, Paus; B. Placida
Bacaan I: Sir. 44:1,9–13
Mazmur : 149:1–2,3–45–6a,9b; R: 4a
Bacaan Injil : Mrk. 11:11–26

Sesampainya di Yerusalem Ia masuk ke Bait Allah. Di sana Ia meninjau semuanya, tetapi sebab hari sudah hampir malam Ia keluar ke Betania bersama dengan kedua belas murid-Nya.Keesokan harinya sesudah Yesus dan kedua belas murid-Nya meninggalkan Betania, Yesus merasa lapar. Dan dari jauh Ia melihat pohon ara yang sudah berdaun. Ia mendekatinya un­tuk melihat kalau-kalau Ia mendapat apa-apa pada pohon itu. Tetapi waktu Ia tiba di situ, Ia tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara. Maka kata-Nya kepada pohon itu: ”Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!” Dan murid-murid-Nya pun mendengarnya. Lalu tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerusalem. Sesudah Yesus masuk ke Bait Allah, mulai­lah Ia mengusir orang-orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati dibalikkan-Nya, dan Ia tidak memperbolehkan orang membawa barang-barang melintasi halaman Bait Allah.
Lalu Ia mengajar mereka, kata-Nya: ”Bukan­kah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi segala bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!” Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mendengar ten­tang peristiwa itu, dan mereka berusaha untuk mem­binasakan Dia, sebab mereka takut kepada-Nya, melihat seluruh orang banyak takjub akan pengajaran-Nya.
Menjelang malam mereka keluar lagi dari kota.Pagi-pagi ketika Yesus dan murid-murid-Nya lewat, mereka melihat pohon ara tadi sudah kering sampai ke akar-akarnya.Maka teringatlah Petrus akan apa yang telah terjadi, lalu ia berkata kepada Yesus: "Rabi, lihatlah, pohon ara yang Kaukutuk itu sudah kering."Yesus menjawab mereka: "Percayalah kepada Allah! Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa berkata kepada gunung ini: Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut! asal tidak bimbang hatinya, tetapi percaya, bahwa apa yang dikatakannya itu akan terjadi, maka hal itu akan terjadi baginya.
Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.Dan jika kamu berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya juga Bapamu yang di sorga mengampuni kesalahan-kesalahanmu."(Tetapi jika kamu tidak mengampuni, maka Bapamu yang di sorga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.)

Renungan
Pada hari Minggu dan hari-hari raya, cukup sering datang permintaan izin untuk berjualan di sekitar gereja. Jualannya bervariasi, dari mulai benda-benda rohani sampai makanan dan minuman. Tidak lupa, dicantumkan juga catatan bahwa sebagian keuntungan akan diserahkan untuk kepentingan Gereja.
Itu adalah contoh sederhana yang membuktikan bahwa bisnis tidak mengenal situasi dan tempat. Yang penting, ada peluang memperoleh untung maka jadilah transaksi. Hal seperti itu juga yang terjadi di zaman Yesus. Keramaian Bait Allah dimanfaatkan oleh para pedagang. Alasan mereka masuk akal, yaitu membantu umat memperoleh barang persembahan dengan mudah. Selain bermacam-macam barang persembahan, dijual juga burung-burung merpati. Dan untuk ”membantu umat”, juga disediakan jasa penukar uang. Bisa dibayangkan bahwa suasana menjadi amat hiruk-pikuk. Yesus menjungkir-balikkan meja-meja penukar uang dan mengusir para pedagang. Alasan Yesus amat jelas, Dia ingin menyucikan dan mengembalikan rumah Allah pada fungsinya semula.
Apa yang terjadi pada zaman Yesus selalu dapat terulang kembali. Agama dan Tuhan sering ”dijual” demi kepentingan sekelompok kecil orang.

Tidak ada komentar: