Minggu, 17 April 2011
RENUNGAN Minggu, 17 April 2011
”Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” (Mat. 26:14–27:66) Tuhan Yesus, pada saat kesulitan dan godaan datang, berdirilah di sampingku dan menguatkanku agar tidak goyah. Amin.
Minggu Palma (M) St. Anisetus, Paus; Sta. Klara Gambacorta; B. Baptista Spagnoli dr Mantua
Bacaan I: Yes. 50:4–7
Mazmur : 22:8–9,17–18a,19–20,23–24; R: 2a
Bacaan II : Flp. 2:6–11
Bacaan Injil : Mat. 26:14–27:66 (Mat. 27:11–54)
Kemudian pergilah seorang dari kedua belas murid itu, yang bernama Yudas Iskariot, kepada imam-imam kepala. Ia berkata: ”Apa yang hendak kamu berikan kepadaku, supaya aku menyerahkan Dia kepada kamu?” Mereka membayar tiga puluh uang perak kepadanya. Dan mulai saat itu ia mencari kesempatan yang baik untuk menyerahkan Yesus.Pada hari pertama dari hari raya Roti Tidak Beragi datanglah murid-murid Yesus kepada-Nya dan berkata: ”Di mana Engkau kehendaki kami mempersiapkan perjamuan Paskah bagi-Mu?” Jawab Yesus: ”Pergilah ke kota kepada si Anu dan katakan kepadanya: Pesan Guru: waktu-Ku hampir tiba; di dalam rumahmulah Aku mau merayakan Paskah bersama-sama dengan murid-murid-Ku.” Lalu murid-murid-Nya melakukan seperti yang ditugaskan Yesus kepada mereka dan mempersiapkan Paskah.
Setelah hari malam, Yesus duduk makan bersama-sama dengan kedua belas murid itu. Dan ketika mereka sedang makan, Ia berkata: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya seorang di antara kamu akan menyerahkan Aku.” Dan dengan hati yang sangat sedih berkatalah mereka seorang demi seorang kepada-Nya: ”Bukan aku, ya Tuhan?” Ia menjawab: ”Dia yang bersama-sama dengan Aku mencelupkan tangannya ke dalam pinggan ini, dialah yang akan menyerahkan Aku. Anak Manusia memang akan pergi sesuai dengan yang ada tertulis tentang Dia, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Anak Manusia itu diserahkan. Adalah lebih baik bagi orang itu sekiranya ia tidak dilahirkan.” Yudas, yang hendak menyerahkan Dia itu menjawab, katanya: ”Bukan aku, ya Rabi?” Kata Yesus kepadanya: ”Engkau telah mengatakannya.”
Dan ketika mereka sedang makan, Yesus mengambil roti, mengucap berkat, memecah-mecahkannya lalu memberikannya kepada murid-murid-Nya dan berkata: ”Ambillah, makanlah, inilah tubuh-Ku.” Sesudah itu Ia mengambil cawan, mengucap syukur lalu memberikannya kepada mereka dan berkata: ”Minumlah, kamu semua, dari cawan ini.” (Bacaan selengkapnya lihat Alkitab....)
Renungan
Mempertahankan antusiasme dan setia pada komitmen menjadi pesan utama perayaan hari ini. Dapat terjadi, orang amat antusias dan bersemangat pada awalnya, tetapi manakala bersua kesulitan, semangat yang sempat menggelora pudar atau bahkan menghilang. Minggu Palma mengingatkan kita bahwa antusiasme harus terus dipelihara dan dijaga. Bagaikan pohon palma, kita harus mampu bertahan dalam segala musim.
Hari-hari tidak selalu cerah, sering kelabu atau mungkin saja terlalu kelabu hingga bukan saja membosankan, tetapi juga melelahkan. Hari-hari seperti itu mesti diisi dan dimaknai sebaik mungkin. Antusiasme sejati akan menjadi milik kita bila kita setia pada komitmen yang sudah kita pilih. Kesetiaan itulah yang menolong kita untuk sampai ke tujuan karena kita tahu musim berganti dan cuaca tidak selalu sempurna.
Jumat, 15 April 2011
RENUNGAN Sabtu, 16 April 2011
"Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mukjizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya"(Yoh. 11:45–56) Ya Bapa, curahilah aku dengan rasa cinta yang mendalam akan Firman dan anugerah-Mu agar aku benar-benar menjadi murid Putra-Mu. Amin.
Pekan Prapaskah V (U) Sta. Bernadette Soubirous; St. Paternus
Bacaan I: Yeh. 37:21–28
Mazmur : Yer. 31:10,11–12ab,13; R: 10d
Bacaan Injil : Yoh. 11:45–56
Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya. Tetapi ada yang pergi kepada orang-orang Farisi dan menceritakan kepada mereka, apa yang telah dibuat Yesus itu. Lalu imam-imam kepala dan orang-orang Farisi memanggil Mahkamah Agama untuk berkumpul dan mereka berkata: ”Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mukjizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya dan orang-orang Roma akan datang dan akan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” Tetapi seorang di antara mereka, yaitu Kayafas, Imam Besar pada tahun itu, berkata kepada mereka: ”Kamu tidak tahu apa-apa, dan kamu tidak insaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.” Hal itu dikatakannya bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai. Mulai dari hari itu mereka sepakat untuk membunuh Dia.
Karena itu Yesus tidak tampil lagi di muka umum di antara orang-orang Yahudi, Ia berangkat dari situ ke daerah dekat padang gurun, ke sebuah kota yang bernama Efraim, dan di situ Ia tinggal bersama-sama murid-murid-Nya.
Pada waktu itu hari raya Paskah orang Yahudi sudah dekat dan banyak orang dari negeri itu berangkat ke Yerusalem untuk menyucikan diri sebelum Paskah itu. Mereka mencari Yesus dan sambil berdiri di dalam Bait Allah, mereka berkata seorang kepada yang lain: ”Bagaimana pendapatmu? Akan datang jugakah Ia ke pesta?”
Renungan
Kita mesti mengenyahkan sikap loyo, sikap cepat mengalah, atau kehilangan semangat. Kesulitan dapat diatasi, dan kemajuan hanya dapat diraih oleh dua upaya serentak: mengurangi ancaman dari luar dengan menyadari kekuatan di dalam.
Mesti dijaga dan dipegang rasa kebanggaan yang sejati dalam diri dan komunitas kita. Karenanya kita harus menjadi anggota yang benar-benar cinta dan bangga akan lembaga, berbuah di dalamnya, dan tidak meninggalkan kelompok atau komunitas. Kemajuan tiap komunitas ditopang dua sikap: minimalisasi ancaman dari luar dan peningkatan kekuatan di dalam. Menekankan hanya satu aspek saja akan mempercepat kita kehilangan energi dan harga diri. Menggantungkan nasib kepada kelompok luar semata akan mempercepat proses kehancuran.
RENUNGAN Jumat, 15 April 2011
"Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa." (Yoh. 10:31–42) Ya Tuhan, beranikanlah aku untuk ikut bermurah hati seperti Engkau, dan tidak pernah menghitung jasa atau kebaikanku sendiri. Dan semoga dalam bersikap dan bertutur kata mencerminkan Engkau ada di dalam aku...
Pekan Prapaskah V (U) B. Pedro Gonzalez; B. Damian de Veuster
Bacaan I: Yer. 20:10–13
Mazmur : 18:2–3a,3bc–4,5–6,7; R: 7
Bacaan Injil : Yoh. 10:31–42
Sekali lagi orang-orang Yahudi mengambil batu untuk melempari Yesus. Kata Yesus kepada mereka: ”Banyak pekerjaan baik yang berasal dari Bapa-Ku yang Kuperlihatkan kepadamu; pekerjaan manakah di antaranya yang menyebabkan kamu mau melempari Aku?” Jawab orang-orang Yahudi itu, ”Bukan karena suatu pekerjaan baik maka kami mau melempari Engkau, melainkan karena Engkau menghujat Allah dan karena Engkau, sekalipun hanya seorang manusia saja, menyamakan diri-Mu dengan Allah.” Kata Yesus kepada mereka, ”Tidakkah ada tertulis dalam kitab Taurat kamu: Aku telah berfirman: Kamu adalah allah? Jikalau mereka, kepada siapa firman itu disampaikan, disebut allah — sedang Kitab Suci tidak dapat dibatalkan —, masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutus-Nya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah? Jikalau Aku tidak melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa-Ku, janganlah percaya kepada-Ku, tetapi jikalau Aku melakukannya dan kamu tidak mau percaya kepada-Ku, percayalah akan pekerjaan-pekerjaan itu, supaya kamu boleh mengetahui dan mengerti, bahwa Bapa di dalam Aku dan Aku di dalam Bapa.”Sekali lagi mereka mencoba menangkap Dia, tetapi Ia luput dari tangan mereka. Kemudian Yesus pergi lagi ke seberang Yordan, ke tempat Yohanes membaptis dahulu, lalu Ia tinggal di situ. Dan banyak orang datang kepada-Nya dan berkata: ”Yohanes memang tidak membuat satu tanda pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini adalah benar.” Dan banyak orang di situ percaya kepada-Nya.
Renungan
Kita dapat terperangkap oleh kebaikan kita sendiri atau oleh hal yang kita pandang sebagai kehendak baik. Keutamaan pun dapat menjadi semacam benteng yang bukan saja melindungi, tetapi juga serentak membatasi kita dari kemungkinan yang lebih luhur. Perjuangan kita mencari kebenaran memang selalu tentatif, tetapi mesti kreatif.
Kita adalah makhluk pencari dan penjelajah. Kita tidak pernah boleh memenjarakan diri sendiri bagaikan dalam benteng yang tidak dapat dikunjungi atau dimasuki pihak lain. Kita mesti berlatih dan membiarkan diri tetap berkembang. Berlatih melihat apa yang belum kita lihat dan mencari kebijakan yang belum kita temukan sampai saat ini. Sikap dan perilaku ini juga akan menjadi bukti dan tanda pluriformitas yang kita hargai dalam masyarakat dan komunitas Katolik kita.
Rabu, 13 April 2011
RENUNGAN Kamis, 14 April 2011
"Sesungguhnya barang siapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya" (Yoh. 8:51–59) Ya Bapa, Firman-Mu adalah kebenaran. Jangan biarkan aku tersesat, dan kuatkanlah aku selalu berada di jalan-Mu walau sering tidak populer. Amin.
Pekan Prapaskah V (U) St. Tiburtius, Valerianus dan Maximus; Sta. Lidwina
Bacaan I: Kej. 17:3–9
Mazmur : 105:4-5,6–7,8–9; R: 8a
Bacaan Injil : Yoh. 8:51–59
”Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya.” Kata orang-orang Yahudi kepada-Nya: ”Sekarang kami tahu, bahwa Engkau kerasukan setan. Sebab Abraham telah mati dan demikian juga nabi-nabi, namun Engkau berkata: Barang siapa menuruti firman-Ku, ia tidak akan mengalami maut sampai selama-lamanya. Adakah Engkau lebih besar daripada bapa kita Abraham, yang telah mati!Nabi-nabi pun telah mati; dengan siapakah Engkau samakan diri-Mu?” Jawab Yesus: ”Jikalau Aku memuliakan diri-Ku sendiri, maka kemuliaan-Ku itu sedikit pun tidak ada artinya. Bapa-Kulah yang memuliakan Aku, tentang siapa kamu berkata, Dia adalah Allah kami, padahal kamu tidak mengenal Dia, tetapi Aku mengenal Dia. Dan jika Aku berkata: Aku tidak mengenal Dia, maka Aku adalah pendusta, sama seperti kamu, tetapi Aku mengenal Dia dan Aku menuruti firman-Nya. Abraham bapamu bersukacita bahwa ia akan melihat hari-Ku dan ia telah melihatnya dan ia bersukacita.” Maka kata orang-orang Yahudi itu kepada-Nya: ”Umur-Mu belum sampai lima puluh tahun dan Engkau telah melihat Abraham?” Kata Yesus kepada mereka: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada.” Lalu mereka mengambil batu untuk melempari Dia; tetapi Yesus menghilang dan meninggalkan Bait Allah.
Renungan
Kebenaran membebaskan, kendati kita sering alami bahwa yang memihak kebenaran tidak selalu bebas dari tekanan. Ancaman, teror, dan rasa tidak aman merupakan bagian dari kenyataan yang sering harus dihadapi.
Kita terkadang merasa shock manakala dihadapkan dengan kebenaran karena ternyata kita harus menyesuaikan diri dengan tuntutannya. Proses penyesuaian diri itu pun tidak selalu gampang. Selalu mulai dengan kalkulasi untung rugi, selain kita juga memiliki keraguan pada diri sendiri.
Yesus menegaskan bahwa kebenaran harus dicari dan diungkapkan terus-menerus kendati besar kemungkinannya menjadi kurang populer, kehilangan posisi, bahkan persahabatan. Kebenaran adalah kebenaran, tanpa tetapi atau syarat lainnya. Kita perlu belajar mencari dan mengungkapkan kebenaran itu dengan cara yang benar dan mudah dicerna.
Selasa, 12 April 2011
RENUNGAN Rabu, 13 April 2011
"Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu." Yoh. 8:31–42) Bapa di surga, beranikanlah aku untuk tetap mengakui dan percaya kepada-Mu apa pun yang terjadi. Amin.
Pekan Prapaskah V (U) St. Martinus I, Paus; Sta. Margaretha dr Metola
Bacaan I: Dan. 3:14–20,24–25,28
Mazmur : Dan. 3:52,53,54,55,56; R: 52b
Bacaan Injil : Yoh. 8:31–42
Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya, ”Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku dan kamu akan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu.” Jawab mereka: ”Kami adalah keturunan Abraham dan tidak pernah menjadi hamba siapa pun. Bagaimana Engkau dapat berkata, Kamu akan merdeka?” Kata Yesus kepada mereka, ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang berbuat dosa, adalah hamba dosa. Dan hamba tidak tetap tinggal dalam rumah, tetapi anak tetap tinggal dalam rumah. Jadi apabila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.Aku tahu, bahwa kamu adalah keturunan Abraham, tetapi kamu berusaha untuk membunuh Aku karena firman-Ku tidak beroleh tempat di dalam kamu. Apa yang Kulihat pada Bapa, itulah yang Kukatakan, dan demikian juga kamu perbuat tentang apa yang kamu dengar dari bapamu.” Jawab mereka kepada-Nya: ”Bapa kami ialah Abraham.” Kata Yesus kepada mereka: ”Jikalau sekiranya kamu anak-anak Abraham, tentulah kamu mengerjakan pekerjaan yang dikerjakan oleh Abraham. Tetapi yang kamu kerjakan ialah berusaha membunuh Aku; Aku, seorang yang mengatakan kebenaran kepadamu, yaitu kebenaran yang Kudengar dari Allah; pekerjaan yang demikian tidak dikerjakan oleh Abraham. Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri.” Jawab mereka: ”Kami tidak dilahirkan dari zina. Bapa kami satu, yaitu Allah.” Kata Yesus kepada mereka: ”Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku.”
Renungan
Bukan kartu keanggotaan atau ID yang serta-merta membuat seseorang menjadi anggota benaran. Keanggotaan sejati terlaksana manakala seseorang menjalankan dengan tulus dan tanpa pamrih cita-cita dan misi kelompok atau institusinya. Keturunan atau silsilah apalagi pertetanggaan tidak menjadikan seseorang memiliki kualitas kelompok secara pasti. Hal itu cuma salah satu dari sekian kemungkinan dan kesempatan. Kualitas dimiliki dan ditampakkan oleh perbuatan dan tindakan memperjuangkan cita-cita.
Surat baptis tidak menjamin bahwa seseorang menjadi orang Katolik yang militan. Praksis hidupnyalah yang membuktikan kekatolikan itu entah dengan atau tanpa surat baptis. Aksesoris keagamaan tidak menjamin keaslian keanggotaan. Komitmen kepada identitas sejati dalam tindakan, spiritualitas, dan pergaulanlah bukti keanggotaan autentik.
Senin, 11 April 2011
RENUNGAN Selasa, 12 April 2011
"Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku." (Yoh. 8:21–30) Ya Tuhan, jauhkanlah aku dari sikap mencari-cari alasan atau sikap ingin menang sendiri, tetapi limpahilah aku dengan kebijaksanaan-Mu. Amin.
Pekan Prapaskah V (U) St. Yulius I, Paus; St. Sabas dr Goth
Bacaan I: Bil. 21:4–9
Mazmur : 102:2–3,16–18,19–21; R: 2
Bacaan Injil : Yoh. 8:21–30
Maka Yesus berkata pula kepada orang banyak: ”Aku akan pergi dan kamu akan mencari Aku tetapi kamu akan mati dalam dosamu. Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang.” Maka kata orang-orang Yahudi itu: ”Apakah Ia mau bunuh diri dan karena itu dikatakan-Nya: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang?” Lalu Ia berkata kepada mereka: ”Kamu berasal dari bawah, Aku dari atas; kamu dari dunia ini, Aku bukan dari dunia ini. Karena itu tadi Aku berkata kepadamu, bahwa kamu akan mati dalam dosamu; sebab jikalau kamu tidak percaya, bahwa Akulah Dia, kamu akan mati dalam dosamu.”
Maka kata mereka kepada-Nya: ”Siapakah Engkau?” Jawab Yesus kepada mereka: ”Apakah gunanya lagi Aku berbicara dengan kamu? Banyak yang harus Kukatakan dan Kuhakimi tentang kamu; akan tetapi Dia, yang mengutus Aku, adalah benar, dan apa yang Kudengar dari pada-Nya, itu yang Kukatakan kepada dunia.” Mereka tidak mengerti, bahwa Ia berbicara kepada mereka tentang Bapa. Maka kata Yesus: ”Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu, bahwa Akulah Dia, dan bahwa Aku tidak berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri, tetapi Aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepada-Ku. Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepada-Nya.”
Setelah Yesus mengatakan semuanya itu, banyak orang percaya kepada-Nya.
Renungan
Tidak jarang kita mendengar atau kita sendiri yang mengatakan, ”… seandainya saya tahu bahwa ….” Pengakuan ini tentu tidak bisa menjadi alasan untuk memperoleh maaf atas tindakan atau perbuatan keliru di masa lalu. Setulus dan sejujur apa pun pernyataan ini, harus dicamkan bahwa tidak ada kesalahan yang sudah telanjur dilakukan dengan sendirinya akan terhapus. Kesalahan adalah kesalahan, kendati dapat diperbaiki kemudian. Kalau mau diperbaiki maka mesti dimulai dengan silih dan tidak pernah mengulanginya lagi.
Ada orang yang berpendapat bahwa semua keterangan dan seluk-beluk perkara harus terlebih dahulu dimiliki secara lengkap baru bisa bertindak dengan benar. Tidak mesti demikian! Perbuatan baik harus dilakukan dengan baik dan benar, terlepas apakah semua data disajikan atau tidak. Kita mesti makin bijak membaca situasi dan melaksanakan apa yang terbaik yang dapat dilaksanakan.
Minggu, 10 April 2011
RENUNGAN Senin, 11 April 2011
“Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” < Yoh 8:1-11> Ya Yesus, dampingi aku agar aku tidak menghakimi orang lain tetapi lebih bersikap mengutamakan cinta kasih dan pengampunan.
Pekan Prapaskah V (U) Pw St. Stanislaus dr Krakow;St. George Gervase
Bacaan I: Dan. 13:41c–62
Mazmur : 23:1–3a,3b–4,5,6; R: 4ab
Bacaan Injil : Yoh. 8:1–11
Tetapi Yesus pergi ke bukit Zaitun. Pagi-pagi benar Ia berada lagi di Bait Allah, dan seluruh rakyat datang kepada-Nya. Ia duduk dan mengajar mereka. Maka ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi membawa kepada-Nya seorang perempuan yang kedapatan berbuat zina. Mereka menempatkan perempuan itu di tengah-tengah lalu berkata kepada Yesus: ”Rabi, perempuan ini tertangkap basah ketika ia sedang berbuat zina. Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian. Apakah pendapat-Mu tentang hal itu?” Mereka mengatakan hal itu untuk mencobai Dia, supaya mereka memperoleh sesuatu untuk menyalahkan-Nya. Tetapi Yesus membungkuk lalu menulis dengan jari-Nya di tanah. Dan ketika mereka terus-menerus bertanya kepada-Nya, Ia pun bangkit berdiri lalu berkata kepada mereka: ”Barang siapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Lalu Ia membungkuk pula dan menulis di tanah. Tetapi setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua. Akhirnya tinggallah Yesus seorang diri dengan perempuan itu yang tetap di tempatnya. Lalu Yesus bangkit berdiri dan berkata kepadanya, ”Hai perempuan, di manakah mereka? Tidak adakah seorang yang menghukum engkau?” Jawabnya: ”Tidak ada, Tuhan.” Lalu kata Yesus, ”Aku pun tidak menghukum engkau. Pergilah, dan jangan berbuat dosa lagi mulai dari sekarang.”
Renungan
Dengan membungkuk dan menulis di tanah, agaknya Yesus menghindari jebakan yang dipasang terhadap-Nya. Perempuan itu membisu, kehabisan kata, dan kehilangan kehormatan di hadapan orang-orang yang merasa diri benar dengan pongahnya. Mungkin, mereka lagi menikmati keinginan mereka yang tidak kesampaian. Kenikmatan mereka akan mencapai puncaknya seandainya perempuan itu dirajam sampai mati.
Kita perlu memohon kebijaksanaan agar dapat memilih dengan benar sikap dan tindakan yang harus diambil. Tindakan mesti bebas dari amarah atau dendam atau kepentingan pribadi semata. Pedomannya: ”Yang terbaik dikedepankan, kepentingan umum didahulukan, dan kemarahan disurutkan.” Kepuasan pribadi tidak akan otomatis terpenuhi, tetapi kepuasan sejati ada karena masyarakat umum damai dan sejahtera dalam kebenaran. Sikap itu akan kita miliki bila kita membiarkan Yesus hadir dan mengatur diri kita.
RENUNGAN Minggu, 10 April 2011
"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati,11:26 dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?" (Yoh. 11:1–45) Bapa yang penuh cinta, izinkanlah aku dan sesamaku semakin bertumbuh dalam relasi yang saling memberdayakan, karena itulah kehendak-Mu. Amin.
Pekan Prapaskah V (U) St. Vinsensius dr Lerins; Yehezkiel, Nabi
Bacaan I: Yeh. 37:12–14
Mazmur : 130:1–2,3–4ab,4c–6,7–8; R: 7
Bacaan II : Rm. 8:8–11
Bacaan Injil : Yoh. 11:1–45
Ada seorang yang sedang sakit, namanya Lazarus. Ia tinggal di Betania, kampung Maria dan adiknya Marta. Maria ialah perempuan yang pernah meminyaki kaki Tuhan dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Dan Lazarus yang sakit itu adalah saudaranya. Kedua perempuan itu mengirim kabar kepada Yesus: ”Tuhan, dia yang Engkau kasihi, sakit.” Ketika Yesus mendengar kabar itu, Ia berkata: ”Penyakit itu tidak akan membawa kematian, tetapi akan menyatakan kemuliaan Allah, sebab oleh penyakit itu Anak Allah akan dimuliakan.” Yesus memang mengasihi Marta dan kakaknya dan Lazarus. Namun setelah didengar-Nya, bahwa Lazarus sakit, Ia sengaja tinggal dua hari lagi di tempat, di mana Ia berada; tetapi sesudah itu Ia berkata kepada murid-murid-Nya: ”Mari kita kembali lagi ke Yudea.”…Maka ketika Yesus tiba, didapati-Nya Lazarus telah empat hari berbaring di dalam kubur. …
Ketika Marta mendengar, bahwa Yesus datang, ia pergi mendapatkan-Nya. Tetapi Maria tinggal di rumah. Maka kata Marta kepada Yesus: ”Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarang pun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya.” Kata Yesus kepada Marta: ”Saudaramu akan bangkit.” Kata Marta kepada-Nya: ”Aku tahu bahwa ia akan bangkit pada waktu orang-orang bangkit pada akhir zaman.” Jawab Yesus: ”Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, dan setiap orang yang hidup dan yang percaya kepada-Ku, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah engkau akan hal ini?” Jawab Marta: ”Ya, Tuhan, aku percaya, bahwa Engkaulah Mesias, Anak Allah, Dia yang akan datang ke dalam dunia.”
Dan sesudah berkata demikian ia pergi memanggil saudaranya Maria dan berbisik kepadanya: "Guru ada di sana dan Ia memanggil engkau."Mendengar itu Maria segera bangkit lalu pergi mendapatkan Yesus.Tetapi waktu itu Yesus belum sampai ke dalam kampung itu. Ia masih berada di tempat Marta menjumpai Dia.Ketika orang-orang Yahudi yang bersama-sama dengan Maria di rumah itu untuk menghiburnya, melihat bahwa Maria segera bangkit dan pergi ke luar, mereka mengikutinya, karena mereka menyangka bahwa ia pergi ke kubur untuk meratap di situ.Setibanya Maria di tempat Yesus berada dan melihat Dia, tersungkurlah ia di depan kaki-Nya dan berkata kepada-Nya: "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati."Ketika Yesus melihat Maria menangis dan juga orang-orang Yahudi yang datang bersama-sama dia, maka masygullah hati-Nya. Ia sangat terharu dan berkata:"Di manakah dia kamu baringkan?" Jawab mereka: "Tuhan, marilah dan lihatlah!"Maka menangislah Yesus.Kata orang-orang Yahudi: "Lihatlah, betapa kasih-Nya kepadanya!"Tetapi beberapa orang di antaranya berkata: "Ia yang memelekkan mata orang buta, tidak sanggupkah Ia bertindak, sehingga orang ini tidak mati?"Maka masygullah pula hati Yesus, lalu Ia pergi ke kubur itu. Kubur itu adalah sebuah gua yang ditutup dengan batu.Kata Yesus: "Angkat batu itu!" Marta, saudara orang yang meninggal itu, berkata kepada-Nya: "Tuhan, ia sudah berbau, sebab sudah empat hari ia mati."Jawab Yesus: "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu: Jikalau engkau percaya engkau akan melihat kemuliaan Allah?"Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku mengucap syukur kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku.Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!"Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."Banyak di antara orang-orang Yahudi yang datang melawat Maria dan yang menyaksikan sendiri apa yang telah dibuat Yesus, percaya kepada-Nya.
Renungan
Perhatian dan kedekatan amat berpengaruh dalam hidup setiap orang. Kehangatan relasi, bahkan dapat mengubah keputusan secara mendasar. Banyak orang mengubah haluan hidupnya karena orang yang tidak diharapkan justru memberi perhatian.
Ungkapan Marta kepada Yesus mengartikannya dengan sempurna dan mengundang kita kepada jantung persoalan hidup. Relasi dan kedekatan antarsesama dapat menguatkan hidup, menyembuhkan penyakit, bahkan menjauhkan kematian.
Hubungan atau relasi dalam hidup masyarakat seperti
perkawinan dan komunitas membiara dapat membuat hidup lebih bermutu dan semakin mencerminkan keinginan Allah. Bila relasi tulus dan murni, bukan cuma persoalan yang dapat diatasi, melainkan kehidupan pun menjadi abadi. Mulai dari dunia ini dan akan menjadi sempurna dalam hidup yang datang. Relasi sejati selalu memberi semangat dan hidup baru!
Jumat, 08 April 2011
RENUNGAN Sabtu, 9 April 2011
"Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?" (Yoh. 7:40–53), Ya Tuhan, berilah aku semangat dan keberanian berubah agar semakin melihat kebaikan-Mu dalam diri orang lain dan dalam diriku. Amin.
Pekan Prapaskah IV (U) Sta. Kasilda; St. Thomas OFM, dkk: Demetrius, Petrus, dan Yakobus
Bacaan I: Yer. 11:18–20
Mazmur : 7:2-3,9bc–10,11–12; R: 2a
Bacaan Injil : Yoh. 7:40–53
Beberapa orang di antara orang banyak, yang mendengarkan perkataan-perkataan itu, berkata, ”Dia ini benar-benar nabi yang akan datang.” Yang lain berkata, ”Ia ini Mesias.” Tetapi yang lain lagi berkata: ”Bukan, Mesias tidak datang dari Galilea! Karena Kitab Suci mengatakan, bahwa Mesias berasal dari keturunan Daud dan dari kampung Betlehem, tempat Daud dahulu tinggal.” Maka timbullah pertentangan di antara orang banyak karena Dia. Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang berani menyentuh-Nya.Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: ”Mengapa kamu tidak membawa-Nya?” Jawab penjaga-penjaga itu: ”Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!” Jawab orang-orang Farisi itu kepada mereka: ”Adakah kamu juga disesatkan? Adakah seorang di antara pemimpin-pemimpin yang percaya kepada-Nya, atau seorang di antara orang-orang Farisi? Tetapi orang banyak ini yang tidak mengenal hukum Taurat, terkutuklah mereka!” Nikodemus, seorang dari mereka, yang dahulu telah datang kepada-Nya, berkata kepada mereka, ”Apakah hukum Taurat kita menghukum seseorang, sebelum ia didengar dan sebelum orang mengetahui apa yang telah dibuat-Nya?” Jawab mereka, ”Apakah engkau juga orang Galilea? Selidikilah Kitab Suci dan engkau akan tahu bahwa tidak ada nabi yang datang dari Galilea.”
Lalu mereka pulang, masing-masing ke rumahnya.
Renungan
Menemui seseorang dengan pandangan dan pendekatan stereotip menghambat kita memperoleh makna terdalam setiap pertemuan. Kita membiarkan diri dipasung oleh praduga yang belum dibuktikan. Kita terhalang melihat apa yang harus kita lihat, menemukan apa yang mesti ditemukan.
Penampilan fisik orang tentu dapat berpengaruh. Informasi dan pengalaman yang terlalu singkat sangat ikut membatasi. Jangan pernah mengambil kesimpulan atau keputusan secara tergesa-gesa. Daerah asal dan kelompok, tidak sendirinya membuat orang otomatis jitu atau loyo. Lihat, dengar, dan cermati, baru ambil kesimpulan. Penilaian kita mestilah kita ambil berdasarkan pengamatan dan kedalaman jiwa.
Jangan-jangan sesungguhnya yang salah adalah kita. Jangan pernah membiarkan prasangka menguasai diri. Faktalah yang mesti kita kaji dan kedalaman yang mesti kita temukan.
RENUNGAN Jumat, 8 April 2011
"Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku." (Yoh. 7:1–2,10,25–30) Tuhan, berilah Roh Kebijaksanaan sejati dalam diriku sehingga aku semakin mencintai dan hidup di dalam Engkau. Amin.
Pekan Prapaskah IV (U) St. Redemptus de Ferento; St. Edesius
Bacaan I: Keb. 2:1a,12–22
Mazmur : 34:17–18,19–20,21,23; R: 19a
Bacaan Injil : Yoh. 7:1–2,10,25–30
Sesudah itu Yesus berjalan keliling Galilea, sebab Ia tidak mau tetap tinggal di Yudea, karena di sana orang-orang Yahudi berusaha untuk membunuh-Nya. Ketika itu sudah dekat hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun.Tetapi sesudah saudara-saudara Yesus berangkat ke pesta itu, Ia pun pergi juga ke situ, tidak terang-terangan tetapi diam-diam.
Beberapa orang Yerusalem berkata: ”Bukankah Dia ini yang mereka mau bunuh? Dan lihatlah, Ia berbicara dengan leluasa dan mereka tidak mengatakan apa-apa kepada-Nya. Mungkinkah pemimpin kita benar-benar sudah tahu, bahwa Ia adalah Kristus? Tetapi tentang orang ini kita tahu dari mana asal-Nya, tetapi bilamana Kristus datang, tidak ada seorang pun yang tahu dari mana asal-Nya.” Waktu Yesus mengajar di Bait Allah, Ia berseru, ”Memang Aku kamu kenal dan kamu tahu dari mana asal-Ku; namun Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, tetapi Aku diutus oleh Dia yang benar yang tidak kamu kenal. Aku kenal Dia, sebab Aku datang dari Dia dan Dialah yang mengutus Aku.” Mereka berusaha menangkap Dia, tetapi tidak ada seorang pun yang menyentuh Dia, sebab saat-Nya belum tiba.
Renungan
Dalam diri setiap manusia, Allah menganugerahkan hidup yang penuh rahasia. Allah sendiri menjaga hidup yang demikian dari menit ke menit. Tidak ada saat hidup kita yang lepas dari perhatian-Nya. Dan rahasia itu bukan untuk diterangkan, tetapi untuk dihidupi.
Kita mengalami pasang surut dalam kehidupan kita. Kadang kita merasa bosan dan kehilangan kekuatan untuk melanjutkan perjuangan. Ancaman yang mesti kita awaskan adalah keinginan campur tangan dari pihak mana pun secara salah dalam kehidupan kita dan orang lain.
Yesus mengingatkan kita bahwa Allah adalah asal dan tujuan hidup. Dialah yang memutuskan seperti apa akhir hidup kita. Kita dipanggil untuk mengisinya sebaik-baiknya dan bergerak terus sampai Dia sendiri mengatakan cukup.
Kamis, 07 April 2011
RENUNGAN Kamis, 7 April 2011
"tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan."(Yoh. 5:31–47)Bapa, teguhkanlah aku agar aku semakin sadar bahwa hidup ini hanya berarti bila menjadi sarana keselamatan bagi orang lain. Amin.
Pekan Prapaskah IV (U)
St. Yohanes Baptista de la Salle; B. Henry Walpole
Bacaan I : Kel. 32:7–14
Mazmur : 106:19–20,21–22,23; R: 4a
Bacaan Injil : Yoh. 5:31–47
”Kalau Aku bersaksi tentang diri-Ku sendiri, maka kesaksian-Ku itu tidak benar; ada yang lain yang bersaksi tentang Aku dan Aku tahu, bahwa kesaksian yang diberikan-Nya tentang Aku adalah benar. Kamu telah mengirim utusan kepada Yohanes dan ia telah bersaksi tentang kebenaran; tetapi Aku tidak memerlukan kesaksian dari manusia, namun Aku mengatakan hal ini, supaya kamu diselamatkan. Ia adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu. Tetapi Aku mempunyai suatu kesaksian yang lebih penting daripada kesaksian Yohanes, yaitu segala pekerjaan yang diserahkan Bapa kepada-Ku, supaya Aku melaksanakannya. Pekerjaan itu juga yang Kukerjakan sekarang, dan itulah yang memberi kesaksian tentang Aku, bahwa Bapa yang mengutus Aku. Bapa yang mengutus Aku, Dialah yang bersaksi tentang Aku. Kamu tidak pernah mendengar suara-Nya, rupa-Nya pun tidak pernah kamu lihat, dan firman-Nya tidak menetap di dalam dirimu, sebab kamu tidak percaya kepada Dia yang diutus-Nya. Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu. Aku tidak memerlukan hormat dari manusia. Tetapi tentang kamu, memang Aku tahu bahwa di dalam hatimu kamu tidak mempunyai kasih akan Allah.Aku datang dalam nama Bapa-Ku dan kamu tidak menerima Aku; jikalau orang lain datang atas namanya sendiri, kamu akan menerima dia. Bagaimanakah kamu dapat percaya, kamu yang menerima hormat seorang dari yang lain dan yang tidak mencari hormat yang datang dari Allah yang Esa? Jangan kamu menyangka, bahwa Aku akan mendakwa kamu di hadapan Bapa; yang mendakwa kamu adalah Musa, yaitu Musa, yang kepadanya kamu menaruh pengharapanmu. Sebab jikalau kamu percaya kepada Musa, tentu kamu akan percaya juga kepada-Ku, sebab ia telah menulis tentang Aku. Tetapi jikalau kamu tidak percaya akan apa yang ditulisnya, bagaimanakah kamu akan percaya akan apa yang Kukatakan?”
Renungan
Sering kita alami bahwa kemampuan dan bakat dalam bidang tertentu justru membuat kita menilai diri sebagai yang paling patut didahulukan. Kecenderungan dan praksis itu terjadi dalam berbagai kesempatan. Bahkan, berbagai tindakan kita paksakan secara halus atau kasar. Kita minta dinomorsatukan. Kadang-kadang kita kebablasan sehingga merasa bahwa tidak perlu memberi keterangan apalagi pertanggungjawaban atas perbuatan dan tindakan kita.
Yesus mengingatkan, alasan satu-satunya yang mesti kita pegang adalah kemuliaan Allah dan keselamatan manusia serentak. Tidak ada alasan lain! Allah yang mesti dihormati dalam tindakan dan perbuatan kita dan tidak ada manusia menderita karenanya. Bila itu kita laksanakan, kita berjalan pada lorong yang benar.
Doa
Bapa, teguhkanlah aku agar aku semakin sadar bahwa hidup ini hanya berarti bila menjadi sarana keselamatan bagi orang lain. Amin.
Rabu, 06 April 2011
RENUNGAN Rabu, 6 April 2011
" Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak,"
Rabu, 6 April 2011
Pekan Prapaskah IV (U) St. Selestinus, Paus; Sta. Kresensia Hoess; St. Notker
Bacaan I: Yes. 49:8–15
Mazmur : 145:8–9,13cd–14–17–18; R: 8a
Bacaan Injil : Yoh. 5:17–30
Tetapi Ia berkata kepada mereka: ”Bapa-Ku bekerja sampai sekarang, maka Aku pun bekerja juga.” Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuh-Nya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah Bapa-Nya sendiri dan dengan demikian menyamakan diri-Nya dengan Allah.Maka Yesus menjawab mereka, kata-Nya: ”Aku berkata kepadamu, sesungguhnya Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari diri-Nya sendiri, jikalau tidak Ia melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak. Sebab Bapa mengasihi Anak dan Ia menunjukkan kepada-Nya segala sesuatu yang dikerjakan-Nya sendiri, bahkan Ia akan menunjukkan kepada-Nya pekerjaan-pekerjaan yang lebih besar lagi daripada pekerjaan-pekerjaan itu, sehingga kamu menjadi heran. Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barang siapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapa pun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barang siapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia.
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barang siapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya saatnya akan tiba dan sudah tiba, bahwa orang-orang mati akan mendengar suara Anak Allah, dan mereka yang mendengarnya, akan hidup. Sebab sama seperti Bapa mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri, demikian juga diberikan-Nya Anak mempunyai hidup dalam diri-Nya sendiri. Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia.”
Janganlah kamu heran akan hal itu, sebab saatnya akan tiba, bahwa semua orang yang di dalam kuburan akan mendengar suara-Nya,dan mereka yang telah berbuat baik akan keluar dan bangkit untuk hidup yang kekal, tetapi mereka yang telah berbuat jahat akan bangkit untuk dihukum.Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku.
Renungan
Yesus mengindentifikasikan diri-Nya dengan Bapa di surga, teristimewa pada bidang yang menyangkut kepentingan dan kemakmuran manusia. Yesus bekerja terus, seperti Bapa terus bekerja sejak penciptaan. Kebaikan itulah yang menjadi acuan dan ukuran bagi benar atau tidaknya suatu tindakan atau perbuatan manusia. Pembenaran untuk setiap perbuatan atau kegiatan ialah sumbangan dalam melanjutkan karya penciptaan yang dimulai oleh Allah pada awal mula penciptaan.
Pekerjaan tidak tertuju demi keberuntungan kita saja, melainkan kebaikan dan kesejahteraan semua manusia. Memikirkan kepentingan sesama jauh lebih bernilai dibandingkan hanya terfokus pada ke-”aku”-an diri. Apakah kita mengedepankan kemakmuran semua orang atau hanya tertuju kepada diri kita sendiri atau kelompok kecil saja?
Senin, 04 April 2011
RENUNGAN Selasa, 5 April 2011
"Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.”(Yoh. 5:1–16)Bapa Yang Mahabaik, beranikan aku seperti orang buta yang Engkau Sembuhkan, memiliki kesabaran menunggu dan tidak pernah kehilangan optimisme untuk menggunakan kesempatan yang Engkau berikan dengan sebaik-baiknya sehingga dapat mengubah nasib dan keadaan kapan pun dan di mana pun. Amin
Pekan Prapaskah IV (U) St. Vinsensius Ferreri; Sta. Yuliana dr Kornillon
Bacaan I: Yeh. 47:1–9,12
Mazmur : 46:2–3,5–6,8–9; R: 8
Bacaan Injil : Yoh. 5:1–16
Sesudah itu ada hari raya orang Yahudi, dan Yesus berangkat ke Yerusalem. Di Yerusalem dekat Pintu Gerbang Domba ada sebuah kolam, yang dalam bahasa Ibrani disebut Betesda; ada lima serambinya dan di serambi-serambi itu berbaring sejumlah besar orang sakit: orang-orang buta, orang-orang timpang dan orang-orang lumpuh, yang menantikan goncangan air kolam itu. Sebab sewaktu-waktu turun malaikat Tuhan ke kolam itu dan menggoncangkan air itu; barang siapa yang terdahulu masuk ke dalamnya sesudah goncangan air itu, menjadi sembuh, apa pun juga penyakitnya. Di situ adaseorang yang sudah tiga puluh delapan tahun lamanya sakit.
Ketika Yesus melihat orang itu berbaring di situ dan karena Ia tahu, bahwa ia telah lama dalam keadaan itu, berkatalah Ia kepadanya: ”Maukah engkau sembuh?” Jawab orang sakit itu kepada-Nya: ”Tuhan, tidak ada orang yang menurunkan aku ke dalam kolam itu apabila airnya mulai goncang, dan sementara aku menuju ke kolam itu, orang lain sudah turun mendahului aku.” Kata Yesus kepadanya: ”Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan.
Tetapi hari itu hari Sabat. Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: ”Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.” Akan tetapi ia menjawab mereka: ”Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.” Mereka bertanya kepadanya: ”Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?” Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: ”Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.”
Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia.Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat.
Renungan
Semua orang ingin mengubah peruntungan dan keadaannya. Tuhan telah menanamkan dalam diri setiap orang ketertujuan kepada kesempurnaan. Benarlah, bahwa tidak semua orang memperoleh kesempatan yang sama dan pada waktu yang sama. Namun, setiap keadaan yang tersedia itulah yang mesti digunakan dengan tepat. Pasti dituntut keterampilan, seni, dan keberanian tersendiri untuk memanfaatkannya. Harus diingat, kesempatan tidak datang dua kali!
Orang buta dalam perikop Injil ini memperoleh apa yang lama dirindukannya karena dia memiliki dua hal sekaligus, yakni kesabaran menunggu dan tidak pernah kehilangan optimisme untuk menggunakannya. Kalau mau mengubah nasib dan keadaan kapan pun dan di mana pun, kedua sikap dan perilaku itu mutlak perlu.
Minggu, 03 April 2011
RENUNGAN Senin, 4 April 2011
”Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya.” (Yoh. 4:43–54) Ya Bapa, anugerahkanlah rahmat-Mu agar selalu percaya sepenuhnya pada-Mu tanpa perlu melihat tanda dan mukjizat yang Engkau buat.
Pekan Prapaskah IV (U)
St. Isidorus dr Sevilla;
St. Benediktus Moor; St. Platon
Bacaan I : Yes. 65:17–21
Mazmur : 30:2,4,5–6,11–12a,13b; R: 2a
Bacaan Injil : Yoh. 4:43–54
Dan setelah dua hari itu Yesus berangkat dari sana ke Galilea, sebab Yesus sendiri telah bersaksi, bahwa seorang nabi tidak dihormati di negerinya sendiri. Maka setelah Ia tiba di Galilea, orang-orang Galilea pun menyambut Dia, karena mereka telah melihat segala sesuatu yang dikerjakan-Nya di Yerusalem pada pesta itu, sebab mereka sendiri pun turut ke pesta itu.Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit. Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati. Maka kata Yesus kepadanya: ”Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya.” Pegawai istana itu berkata kepada-Nya, ”Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” Kata Yesus kepadanya, ”Pergilah, anakmu hidup!” Orang itu percaya akan perkataan yang dikatakan Yesus kepadanya, lalu pergi.
Ketika ia masih di tengah jalan hamba-hambanya telah datang kepadanya dengan kabar, bahwa anaknya hidup. Ia bertanya kepada mereka pukul berapa anak itu mulai sembuh. Jawab mereka, ”Kemarin siang pukul satu demamnya hilang.” Maka teringatlah ayah itu, bahwa pada saat itulah Yesus berkata kepadanya, ”Anakmu hidup.” Lalu ia pun percaya, ia dan seluruh keluarganya.
Dan itulah tanda kedua yang dibuat Yesus ketika Ia pulang dari Yudea ke Galilea.
Renungan
Banyak hal dapat kita andaikan dari orang yang telah lama kita kenal, entah karena asal usul atau pengalaman. Tidak heran, ada kecenderungan terlalu percaya pada pengandaian yang tidak diperiksa.
Rumus selalu mengandung pengecualian dan hal itu yang membuat kita selalu mempunyai pengharapan bahwa hidup dapat menjadi lebih baik. Kita terkejut bahwa terjadi hal-hal di luar pengharapan dan dugaan kita, karena kita menutup diri kepada kemungkinan yang dapat terjadi di luar kontrol kita. Orang lain dapat melakukan sesuatu lebih baik dari kita.
Orang lain yang tidak kita kenal tidak selalu menjadi musuh, tetapi bisa menjadi sahabat dan guru yang mengundang kita untuk melihat kebenaran dalam diri kita sendiri. Kita tidak pernah memiliki segalanya secara lengkap. Akan tetapi, hal itu bukan alasan bagi kita untuk menjadi picik.
RENUNGAN Minggu, 3 April 2011
"Aku datang ke dalam dunia untuk menghakimi, supaya barangsiapa yang tidak melihat, dapat melihat, dan supaya barangsiapa yang dapat melihat, menjadi buta." < Yoh 9:1-41> Tuhan, berikanlah aku kemampuan melihat dengan jeli hal-hal yang perlu aku lihat, bukan karena menarik, tetapi karena menyelamatkan. Amin.
Hari Minggu Prapaskah IV
1Sam 16:1b,6-7,10-13a
Mzm 23:1-6
Ef 5:8-14
Yoh 9:1-41
Buta
Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta? - Yoh 9:2
Beberapa tahun lalu ketika saya berkarya sosial dalam lintas agama, seorang ibu petani berkata pada saya: “Dosa apa ya bu, kok putri saya buta sejak lahir?” Kala itu saya berusaha menghibur dan ketika ada kesempatan pengobatan ke Jakarta, kami pun membawa mereka serta. Saat itu putrinya berusia 10 tahun, dan tak pernah melihat dunia.
Ternyata dokter mendiagnosa bahwa putrinya menderita katarak sejak dalam kandungan. Dan bola matanya menjadi longgar akibat dia berusaha mencari terang dalam gelap. Setelah pemeriksaan syarat operasi, putrinya pun dinyatakan bisa mendapatkan operasi mata secara khusus.
Setelah tiga hari, kami menantikan waktu untuk membuka kain kasa matanya dengan hati berdebar. Kami sungguh berharap matanya bisa sembuh. Ketika kain kasanya dibuka, ia berteriak kaget. Tapi sesaat kemudian, ia berseru kegira-ngan karena untuk pertama kalinya ia melihat ibunya.
Tuhan tidak hanya memberi kita mata jasmani, tapi juga mata hati yang tajam. Agar kita dapat melihat dengan benar dan jernih, untuk menolong dan menyelamatkan orang lain. (Lid)
Tuhan, beri saya rahmatMu agar saya dapat melihat
dengan jeli dalam kebenaranMu.
Hari Minggu Prapaskah IV
1Sam 16:1b,6-7,10-13a
Mzm 23:1-6
Ef 5:8-14
Yoh 9:1-41
Buta
Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta? - Yoh 9:2
Beberapa tahun lalu ketika saya berkarya sosial dalam lintas agama, seorang ibu petani berkata pada saya: “Dosa apa ya bu, kok putri saya buta sejak lahir?” Kala itu saya berusaha menghibur dan ketika ada kesempatan pengobatan ke Jakarta, kami pun membawa mereka serta. Saat itu putrinya berusia 10 tahun, dan tak pernah melihat dunia.
Ternyata dokter mendiagnosa bahwa putrinya menderita katarak sejak dalam kandungan. Dan bola matanya menjadi longgar akibat dia berusaha mencari terang dalam gelap. Setelah pemeriksaan syarat operasi, putrinya pun dinyatakan bisa mendapatkan operasi mata secara khusus.
Setelah tiga hari, kami menantikan waktu untuk membuka kain kasa matanya dengan hati berdebar. Kami sungguh berharap matanya bisa sembuh. Ketika kain kasanya dibuka, ia berteriak kaget. Tapi sesaat kemudian, ia berseru kegira-ngan karena untuk pertama kalinya ia melihat ibunya.
Tuhan tidak hanya memberi kita mata jasmani, tapi juga mata hati yang tajam. Agar kita dapat melihat dengan benar dan jernih, untuk menolong dan menyelamatkan orang lain. (Lid)
Tuhan, beri saya rahmatMu agar saya dapat melihat
dengan jeli dalam kebenaranMu.
Sabtu, 02 April 2011
RENUNGAN Sabtu, 2 April 2011
"Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini."
Pekan Prapaskah III (U)St. Fransiskus dr Paula; Sta. Teodosia;
Sta. Maria dr Mesir
Bacaan I: Hos. 6:1–6
Mazmur : 51:3–4,18–19,20–21ab; R: Hos. 6:6
Bacaan Injil : Luk. 18:9–14
Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: ”Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezina dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barang siapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barang siapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.”
Renungan
Adalah keyakinan yang keliru bahwa kekurangan orang lain otomatis akan memperkecil kekurangan kita dan menjadikan kita lebih baik. Tidak ada dasar untuk berpikir bahwa manakala orang lain salah, kita otomatis menjadi orang yang lebih baik. Pendapat salah lainnya adalah bahwa penderitaan kita akan hilang kalau orang lain juga menderita. Nasib malang tidak berkurang karena orang lain lebih bernasib malang.
Kebaikan kita tidak semestinya dibandingkan dengan kebaikan orang lain. Dalam kondisi mana pun kita harus menampilkan yang terbaik. Sebab, mutu seseorang tidak ditentukan apakah orang lain lebih baik atau lebih buruk. Tingkat kebaikan orang lain itu tidak mempunyai pengaruh pada keburukan kita dan buruknya keadaan orang lain tidak menjadikan kita lebih baik.
Jumat, 01 April 2011
RENUNGAN Jumat, 01 April 2011
"Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu." Bapa Yang Maharahim, kuatkan dan teguhkanlah aku untuk hanya berguru kepada Putra-Mu, yang adalah jalan, kebenaran, dan hidup. Amin.
Pekan Prapaskah III (U) St. Hugo; St. Nonius Alvares Pareira
Bacaan I: Hos. 14:2–10
Mazmur : 81:6c–8a,8bc–9,10–11ab,14,17; R: 11,9a
Bacaan Injil : Mrk. 12:28b–34
Lalu, seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya, ”Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus, ”Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus, ”Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya, ”Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Renungan
Pertanyaan dapat merupakan atau malahan menjadi pembuktian keyakinan sang penanya. Ada yang bertanya untuk mendapat jawaban yang benar-benar objektif, tetapi ada juga yang melakukannya guna mengelakkan tugas atau tanggung jawab yang mungkin akan diakibatkan dari jawaban baru yang disajikan.
Socrates pernah menyebutkan pertanyaan sebagai bidang ilmu pengetahuan. Pertanyaan merupakan keinginan untuk menemukan jawaban yang objektif dan subjektif benar dan mesti dilaksanakan secara konsekuen.
Kita perlu belajar mengajukan pertanyaan bukan untuk dijawab oleh orang lain, melainkan oleh kita sendiri. Bertanya berarti bertekad menemukan jawaban. Semakin autentik suatu jawaban, berarti semakin dekat dengan makna hidup. Masuk akal, oleh pertanyaan dan jawaban kita yang benar, kita dijamin-Nya ”tidak jauh dari Kerajaan Allah”.
Pekan Prapaskah III (U) St. Hugo; St. Nonius Alvares Pareira
Bacaan I: Hos. 14:2–10
Mazmur : 81:6c–8a,8bc–9,10–11ab,14,17; R: 11,9a
Bacaan Injil : Mrk. 12:28b–34
Lalu, seorang ahli Taurat, yang mendengar Yesus dan orang-orang Saduki bersoal jawab dan tahu bahwa Yesus memberi jawab yang tepat kepada orang-orang itu, datang kepada-Nya dan bertanya, ”Hukum manakah yang paling utama?” Jawab Yesus, ”Hukum yang terutama ialah: Dengarlah, hai orang Israel, Tuhan Allah kita, Tuhan itu Esa. Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu. Dan hukum yang kedua ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Tidak ada hukum lain yang lebih utama daripada kedua hukum ini.” Lalu kata ahli Taurat itu kepada Yesus, ”Tepat sekali, Guru, benar kata-Mu itu bahwa Dia esa, dan bahwa tidak ada yang lain kecuali Dia. Memang mengasihi Dia dengan segenap hati dan dengan segenap pengertian dan dengan segenap kekuatan, dan juga mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri adalah jauh lebih utama daripada semua korban bakaran dan korban sembelihan.” Yesus melihat, bagaimana bijaksananya jawab orang itu, dan Ia berkata kepadanya, ”Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah!” Dan seorang pun tidak berani lagi menanyakan sesuatu kepada Yesus.
Renungan
Pertanyaan dapat merupakan atau malahan menjadi pembuktian keyakinan sang penanya. Ada yang bertanya untuk mendapat jawaban yang benar-benar objektif, tetapi ada juga yang melakukannya guna mengelakkan tugas atau tanggung jawab yang mungkin akan diakibatkan dari jawaban baru yang disajikan.
Socrates pernah menyebutkan pertanyaan sebagai bidang ilmu pengetahuan. Pertanyaan merupakan keinginan untuk menemukan jawaban yang objektif dan subjektif benar dan mesti dilaksanakan secara konsekuen.
Kita perlu belajar mengajukan pertanyaan bukan untuk dijawab oleh orang lain, melainkan oleh kita sendiri. Bertanya berarti bertekad menemukan jawaban. Semakin autentik suatu jawaban, berarti semakin dekat dengan makna hidup. Masuk akal, oleh pertanyaan dan jawaban kita yang benar, kita dijamin-Nya ”tidak jauh dari Kerajaan Allah”.
Langganan:
Postingan (Atom)