DEWAN PAROKI ST. YOSEPH MEDARI
Jl. Garuda 14 Murangan, Triharjo, Sleman. Tlp. (0274) 868325
PROPOSAL KEGIATAN ‘LIVE-IN’
SMA SANTA URSULA,
2008
1. Pendahuluan
Sesuai dengan Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2006-2010 yang berfokus pada keluarga, maka Paroki St. Yosef Medari menerima tawaran dari SMA Santa Ursula Jakarta untuk menerima peserta kegiatan ‘live-in’ yang akan ditempatkan pada keluarga-keluarga di seluruh lingkungan yang ada di Paroki Medari (23 lingkungan termasuk 7 lingkungan di Stasi St. Thomas Seyegan).
2. Jadwal Kegiatan
Adapun waktu kegiatan live-in tersebut akan diadakan pada tanggal 27 Mei 2008 – 1 Juni 2008.
No | Tanggal | Waktu | Nama Kegiatan | Pelaksana / Tempat | Keterangan |
1 | 26 Mei | Jam 17.00 | Keberangkatan dari | Guru / sekolah | 192 siswi kelas XI dan didampingi 20 guru |
2 | 27 Mei | Jam 06.00 | Kedatangan peserta ‘live-in’ | Gereja St. Yosef Medari | Dengan 5 buah bus ‘ |
3 | 27 Mei | 06.00 - 08.00 | Persiapan peserta, pengaturan penempatan, dan pendataan kendaraan penjemput | Dewan Paroki dan Guru Pendamping / di Gereja | Melibatkan 270 orang (peserta, guru, penjemput, Dewan Paroki, dan staf Pastoran). |
4 | 27 Mei | 08.00 | Makan pagi bersama | Dewan Paroki/ Panti Paroki | Yang terlibat ditambah awak angkutan ( = 280 orang). |
5 | 27 Mei | Jam 09.00 | Berangkat ke keluarga yang akan ditempati. | Lingkungan | Menggunakan kendaraan dari lingkungan tersebut. |
6 | 28 Mei | dan hari berikutnya | Kunjungan guru pendamping | Guru / Keluarga | Sambil menyerahkan biaya akomodasi ke keluarga |
7 | 28 Mei - 31 Mei | Kegiatan peserta tinggal bersama keluarga | (lihat arah kegiatan) | ||
8 | 31 Mei | Jam 16.00 | Misa Kudus (ada Penerimaan Krisma dan Audiensi) | Bapa Uskup / di Gereja | Peserta dilibatkan dalam koor (Lagu Komuni) |
9 | 1 Juni | 06.00 - 08.00 | Pengantaran peserta ke gereja | Lingkungan / di Gereja | Perpisahan dengan keluarga yang ditempati |
10 | 1 Juni | 08.00 | Berangkat kembali ke | Guru / di Angkutan | Selamat jalan ! |
3. Arah Kegiatan
a. Misi : - Menimba pengalaman dengan siapa saja, dari mana saja, dan dimana saja (sebab guru yang paling bijaksana adalah pengalaman).
- Merasakan kebersamaan hidup di desa.
- Hidup bermasyarakat dalam lingkungan yang sederhana.
- Menjadi orang yang mandiri dalam segala hal.
b. Tujuan
1. Merasakan dan mengalami langsung kehidupan yang berbeda dari kehidupan sehari-hari para siswa.
2. Mampu menemukan dan merefleksikan nilai-nilai kehidupan yang berbeda dari realitas kehidupan yang mereka hadapi dan alami sehari-hari.
3. Melatih kepekaan sosial dan kedewasaan dalam berpikir dan bertindak.
4. Merefleksikan dan mensyukuri anugerah Tuhan.
5. Membekali diri dengan nilai-nilai kehidupan sebagai bekal menghadapi berbagai macam perubahan di masyarakat.
Jadi tujuan pokok live-in ini bukan untuk rekreasi atau bersenang-senang.
c. Peserta
Peserta live-in ini akan melibatkan :
- 192 siswi SMA Santa Ursula,
- 20 orang guru pendamping SMA Santa Ursula,
- Dewan Paroki dan Karyawan Paroki St. Yoseph Medari,
- sekitar 92 keluarga yang akan ditempati dengan masyarakat sekitarnya; dan
- Pengurus Lingkungan dari 23 dari lingkungan di Paroki St. Yoseph Medari dan Stasi St. Thomas Seyegan.
d. Peralatan yang dibawa peserta
Yang wajib dibawa siswi adalah : uang secukupnya, buku/alat tulis, topi/payung, senter, perlengkapan mandi, pakaian secukupnya (termasuk pakaian hangat, pakaian untuk tidur, sarung/kain, dan pakaian sederhana), obat-obatan pribadi (termasuk pembalut wanita), sandal, sepatu, kamera/handycam (untuk kelompok), dan makanan oleh-oleh untuk keluarga yang ditempati.
Peserta dilarang membawa HP, alat hiburan, dan sarana permainan lainnya (walkman, kartu, dsb.).
e. Prasyarat keluarga peserta
1. Keluarga yang sederhana dan tinggal di desa
2. Petani/peladang/pedagang yang masih mempunyai aktifitas informal tersebut.
3. Masih mempunyai ibu di dalam keluarga tersebut
4. Tidak berdekatan dengan keluarga peserta live-in yang lain
5. Mampu ditempati oleh dua atau tiga siswi
6. Keluarga yang aktif dan partisipatif di lingkungan
f. Anjuran
Rumah yang dituju sebaiknya memiliki :
1. Tempat tidur yang memadai, yang minimalis: amben, tikar, dan bantal.
2. MCK yang terlindung dan tertutup (tidak terbuka, seperti sungai ataupun kolam)
3. Dapur untuk mengolah makanan (dilengkapi dengan alat makan)
4. Alas (meja, dsb.) untuk menulis dilengkapi dengan tempat duduknya.
g. Larangan
Keluarga yang tidak memenuhi syarat menjadi peserta live-in:
1. Keluarga yang tinggal di luar Paroki Medari dan Stasi Seyegan.
2. Tidak lagi mempunyai ibu dalam keluarga tersebut.
3. Hanya mampu menampung 1 (satu) orang siswi.
4. Terlalu berdekatan dengan tempat hiburan atau pusat keramaian massa.
4. Pelaksanaan Kegiatan
a. Keluarga
Siswi peserta hendaknya dianggap sebagai bagian dari anggota keluarga dan tidak diistimewakan (menjadi anak emas) dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain. Keluarga bisa bekerjasama mengerjakan pekerjaan rumah tangga sehari-hari, seperti misalnya menyapu halaman dan lantai rumah, mengepel lantai, mencuci pakaian dan peralatan makan, menyeterika, belanja bahan makan dan memasaknya, dsb. Bukan merupakan larangan (diharapkan jangan ada rasa sungkan) untuk menyuruh siswi tersebut untuk melakukan pekerjaan tersebut. Pekerjaan yang dilarang adalah pekerjaan formal dan profesional (mendapatkan imbalan untuk jasa pekerjaan tersebut, seperti misalnya: berjualan, industri rumah tangga, dsb.).
Jadwal (secara global) kegiatan bersama keluarga hendaknya dibuat dengan mengacu pada arah kegiatan tersebut diatas agar menjadi acuan siswi-siswi dalam melaksanakan kegiatan live-in. Kegiatan bersama keluarga hendaknya dirundingkan sebelumnya bersama-sama siswi dengan seluruh anggota keluarga peserta.
Setiap mau keluar rumah harus meminta ijin pada keluarga yang ditempati.
Tidak diperkenankan meninggalkan lokasi live-in tanpa sepengetahuan guru pendamping.
Sebaiknya keluarga juga memberitahukan kehadiran siswi-siswi tersebut kepada pihak berwenang setempat (RT/RW) demi keamanan lingkungan.
Tidak boleh pergi keluar rumah sendirian; harus selalu ada anggota keluarga yang menemani.
b. Makan
Sebaiknya siswi juga makan apa adanya yang biasa disediakan keluarga tersebut seperti pada kehidupan sehari-hari, jangan mengada-ada / diistimewakan / khusus. Yang penting ada pada kesederhanaan menu. Dibiasakan makan bersama dalam keluarga, walaupun tidak biasa siswi akan dianjurkan untuk mengajak seluruh anggota keluarga untuk makan bersama (pagi, siang, dan malam) dan doa bersama.
- Komunikasi
Guru pendamping bukannya dianggap sebagai polisi tetapi sebagai konsultan pelaksanaan kegiatan live-in ini. Jika terjadi keadaan darurat (misalnya: sesuatu hal yang kurang dimengerti, masalah yang rumit, sakit parah, tindak kejahatan, adanya ancaman yang membahayakan, dsb.) maka keluarga hendaknya melakukan komunikasi dengan pendamping terlebih dahulu untuk memastikan langkah yang sebaiknya perlu dilaksanakan. Setiap keluarga akan diberi nomer telepon pendamping yang dapat dihubungi setiap saat.
Komunikasi dengan keluarga/ kenalan siswi di tempat lain (baik oleh siswi tersebut atau oleh anggota keluarga peserta) sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan pendamping. Tidak diperkenankan dikunjungi oleh anggota keluarga atau kenalan siswi tersebut di lokasi kegiatan.
d. Pertemuan / ibadat / sembahyangan di lingkungan
Jika ada sembahyangan/ ibadat di kelompok/ lingkungan/ wilayah siswi bisa diajak ikut serta (karena sudah dianggap sebagai anggota keluarga). Agar siswi tersebut juga turut aktif dalam kegiatan tersebut, bukan sebagai penonton dan pendengar belaka. Maka diupayakan bahasa pengantar yang dipakai menyesuaikan dengan kemampuan siswi tersebut.
e. Misa di gereja
Pada hari Sabtu tanggal 31 Mei 2008 ada kunjungan pastoral Uskup Mgr. Ign. Suharyo (Uskup Agung Semarang) yang akan menerimakan Sakramen Krisma dan Audiensi bersama umat, maka sebaiknya para siswi diajak untuk turut serta mengikuti Perayaan Ekaristi tersebut. Diharapkan bantuan dari keluarga untuk mengantarkan para siswi tersebut ke gereja dan dapat duduk secara berdekatan satu sama lain. Ada beberapa siswi yang akan bertugas membantu koor (saat Lagu Komuni).
Pada waktu misa para siswi diharapkan tidak berkumpul dengan siswi lain yang tidak serumah agar dapat lebih khidmat karena tidak hanya ngerumpi sewaktu mengikuti Misa. Sehabis Misa para siswi dapat mengikuti Audiensi atau langsung pulang ke rumah keluarga yang ditempati, jangan mampir-mampir ke tempat lain.
f. Refleksi
Diharapkan pada setiap malam siswi menuliskan pengalaman yang mereka alami sepanjang hari (dalam berbagai bentuk; puisi, buku harian, gambar, karikatur, cerpen, dsb.) sebagai bahan refleksi pribadi baik peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan. Refleksi pribadi ini nantinya akan diolah dalam rekoleksi sepulang dari live-in. Keluarga hendaknya mendukung dengan mengingatkan dan memberi kesempatan bagi para siswi untuk melaksanakan refleksi tiap malamnya.
Akan dibuat juga film dokumentasi dengan handycam, yang akan dilaksanakan pada setiap keluarga tertentu. Handycam untuk dokomentasi ini hendaknya digunakan secara bijaksana dan seperlunya.
g. Hiburan/ rekreasi
Segala macam bentuk hiburan yang sifatnya hanya pelengkap dan tidak penting sebaiknya dihindari. Pesta (ulang tahun, resepsi, dsb.), rekreasi/wisata, dan bepergian keluar rumah yang tidak begitu penting juga sebaiknya dihindari. Sebaiknya bepergian/wisata/rekreasi keluar rumah dihindari walaupun ada kenalan atau anggota keluarga yang mengajak.
5. Pesan Dan Saran
a. Di keluarga
Siswi dan anggota keluarga peserta diharapkan mengikuti seluruh irama (rutinitas) hidup keluarga yang ditempati. Diharapkan siswi dapat total meninggalkan kebiasaan hidup di Jakarta dan memasuki pola hidup baru seperti pola hidup keluarga yang ditempatinya. Tidak membuat jarak dalam komunikasi, sehingga terasa menyatu/melebur dengankeluarga yang ditempati dan tidak membuat kegiatan tersendiri / kelompok.
b. Di masyarakat
Para siswi diharapkan mengikuti tata krama dan etika yang berlaku di masyarakat (Jawa) , antara lain : menghormati yang lebih tua, menyapa/memberi senyuman kepada orang yang ditemui walau tidak kenal, berhati-hati sewaktu membicarakan dan berbicara tentang orang lain, gotong-royong/ kerjasama dengan warga masyarakat yang lain (komunal, tidak individualis).
c. Di gereja
Sebaiknya para siswi memakai pakaian yang sopan (sebaiknya memakai rok dan baju atau gaun) sewaktu mengikuti Perayaan Ekaristi yaitu tidak memakai T-shirt atau celana pendek (kulot , ¾ , atau ⅞) atau rok mini atau memakai bahan yang terlalu mencolok mata.
Tidak berbicara (yang tidak perlu) satu dengan yang lain selama di dalam gereja untuk menjaga kekhidmatan.
6. Penutup
Walaupun sudah berpisah diharapkan masih ada tali kasih antara siswi dan keluarga peserta live-in, untuk itu sewaktu kegiatan live-in perlu dijaga supaya tidak saling menyakiti perasaan satu sama lain sehingga peserta terkesan dengan kegiatan ini dan menjadi memori yang indah diantara para peserta.
Murangan, 31 Maret 2008
Dewan Paroki Medari.
1 komentar:
Tanpa mencantumkan siapa yang menulis proposal tersebut berarti tanpa ijin menyalin sebuah proposal yang saya tulis tanpa mengubah sedikitpun ke dalam blog. Hubungi St.M. Aji Takari, Paroki Medari di kalibra3@gmail.com
Posting Komentar